The Lost Symbol
Dan Brown
- 865
- 15 September 2009
- Crime, Mystery, Thriller
Mendapatkan kiriman dari teman lama, Robert Langdon memenuhi sebuah undangan misterius dengan penuh semangat. Profesor Simbologi dari Harvard ini mengira telah diberi sambutan untuk mengajar di United States Capitol oleh mentornya, Peter Salomon.
Tiba di lokasi, Robert Langdon tersadar oleh kejutan yang mengerikan. Sebuah potongan tangan dengan jari mengacung ke langit-langit telah terpajang di tengah lantai Capitol Rotunda dan menghebohkan seisi pengunjung. Langdon lantas mendapat informasi bahwa temannya, Peter, telah diculik, dan tangan dengan sisa darah segar itu adalah buktinya. Langdon pun segera mengenali tangan yang terukir tato itu menyiratkan sebuah simbol Freemasonry.
Penculik yang menyebut dirinya sebagai Mal'akh menghubungi Langdon dan menyuruhnya untuk mencari kedua Piramida Mason, dimana komunitas Freemason mempercayai hal itu tersembunyi dalam suatu tempat di Washington DC. Jika ia tidak berhasil, maka tangan itu bukan potongan terakhir Peter yang akan ia lihat.
Berbekal pengetahuannya sebagai master simbologi, Robert Langdon menyanggupi tantangan Mal'akh demi bisa bertemu kembali dengan sahabatnya. Ia mulai meneliti berbagai macam simbol yang menjadi petunjuk Masonic di Gedung Capitol, dan merubah pandangannya terhadap tempat itu selamanya.
Tiba di lokasi, Robert Langdon tersadar oleh kejutan yang mengerikan. Sebuah potongan tangan dengan jari mengacung ke langit-langit telah terpajang di tengah lantai Capitol Rotunda dan menghebohkan seisi pengunjung. Langdon lantas mendapat informasi bahwa temannya, Peter, telah diculik, dan tangan dengan sisa darah segar itu adalah buktinya. Langdon pun segera mengenali tangan yang terukir tato itu menyiratkan sebuah simbol Freemasonry.
Penculik yang menyebut dirinya sebagai Mal'akh menghubungi Langdon dan menyuruhnya untuk mencari kedua Piramida Mason, dimana komunitas Freemason mempercayai hal itu tersembunyi dalam suatu tempat di Washington DC. Jika ia tidak berhasil, maka tangan itu bukan potongan terakhir Peter yang akan ia lihat.
Berbekal pengetahuannya sebagai master simbologi, Robert Langdon menyanggupi tantangan Mal'akh demi bisa bertemu kembali dengan sahabatnya. Ia mulai meneliti berbagai macam simbol yang menjadi petunjuk Masonic di Gedung Capitol, dan merubah pandangannya terhadap tempat itu selamanya.
Kali ini, Dan Brown mengambil Freemasonry sebagai setting cerita The Lost Symbol. Freemasonry adalah sebuah kelompok kontroversial. Berbagai macam tuduhan menyudutkan dialamatkan kepadanya. Mulai dari anti agama, mempraktikkan okultisme, hingga memiliki tujuan menguasai dunia dan menciptakan Tatanan Dunia Baru (New World Order) sejalan dengan paham mereka.
Kecurigaan terhadap kelompok ini muncul dari berbagai kelompok politik dan keagamaan. Di kalangan umat Muslim, Freemasonry dicurigai memiliki hubungan dengan zionisme. Umat Kristen dari berbagai aliran, Katolik maupun Protestan, umumnya juga menganggap ajaran Mason sesat.
Pada 1983, Joseph Cardinal Ratzinger, yang kemudian diangkat menjadi Paus Benedict XVI, menyatakan secara resmi bahwa "Prinsip-prinsip Mason senantiasa dianggap tak sesuai dengan doktrin Gereja dan karenanya keanggotaan (umat Katolik) di dalamnya tetap terlarang. Orang beriman yang terlibat Mason berdosa besar dan tidak boleh menerima Komuni Kudus."
Meskipun di beberapa negara kelompok Freemasonry terkesan menampakkan keberadaan mereka secara terang-terangan, tak urung kental kesan adanya misteri di dalamnya. Misalnya untuk bergabung, orang harus melewati ritual inisiasi yang pelik, demikian juga untuk naik ke level yang lebih tinggi.
Kaum Mason pun menggunakan bahasa-bahasa simbolik, dengan lambang-lambang dan kode-kode aneh yang hanya bisa dipahami kalangan sendiri. Apalagi, mereka menjalankan ritual-ritual yang bagi orang luar terlihat ganjil, yang diambil dari berbagai aliran spiritual kuno. Inilah yang menimbulkan kesan okultisme, bahkan mungkin ilmu sihir.
Kegeniusan Dan Brown adalah melihat kontroversi ini dan menggali hubungannya dengan sejarah Amerika Serikat, lebih khususnya dengan Washington, DC. Hasilnya, terciptalah racikan yang eksplosif. Dengan amat cerdas, Dan Brown memanfaatkan fakta-fakta sejarah pendirian Amerika Serikat yang tidak lepas dari tangan beberapa bapak bangsa anggota Mason.
Bukankah, konon, George Washington, Presiden pertama Amerika, adalah seorang pengikut Mason? Dan Brown memang adalah sebuah nama yang menggetarkan di jagat penerbitan. Ia selalu mengundang kehebohan di tengah-tengah pencinta buku, tepatnya sejak The Da Vinci Code mengguncang dunia dan merebakkan kontroversi.
Sejak saat itu, Dan Brown masuk ke dalam derajat elite penulis dunia, yang info sekecil apapun tentang buku selanjutnya akan menimbulkan sensasi di kalangan pecinta sastra. Oleh karena itu, tak heran jika kabar Dan Brown sedang menggarap sekuel The Da Vinci Code segera menimbulkan isu ramai.
Pertama kali dikenal dengan judul The Solomon Key, bahkan sebelum terbit, buku ini sudah memberi banyak orang keuntungan. Mungkin baru pertama kalinya dalam sejarah perbukuan, beberapa buku membahas sebuah buku yang belum lagi terbit.
Tercatat judul-judul seperti: Secrets of the Widow’s Son: The Mysteries Surrounding the Sequel to The Da Vinci Code, atau The Guide to Dan Brown’s The Solomon Key, yang mencoba memprediksi petualangan selanjutnya dari sang simbolog Robert Langdon.
Ketika akhirnya judul resminya diumumkan, The Lost Symbol, disertai tanggal rilisnya pada 15 September 2009, kehebohan lain muncul. Kali ini yang heboh adalah penerbit-penerbit dari seluruh pelosok dunia yang berkompetisi memperoleh rights buku yang hampir pasti akan menjadi bestseller di negara mana pun.
The Lost Symbol membuktikan bahwa kesaktian Dan Brown belum tumpul. Hanya dalam waktu sehari, lebih dari 1 juta kopi ludes terjual. Prestasi ini membuatnya memegang rekor sebagai novel dewasa dengan penjualan tercepat sepanjang sejarah. Seminggu kemudian, 2 juta kopi telah terjual di AS, Kanada, dan Inggris saja—belum mencakup penjualan di seluruh dunia.
Dan hanya dalam waktu singkat, terbit buku-buku tafsir The Lost Symbol. Salah satu jurus sakti Dan Brown dalam menulis petualangan Robert Langdon adalah keberaniannya mengangkat sejarah yang kontroversial dan secret society—kelompok rahasia.
Sebelum mengangkat Freemasonry dalam novel yang ada di tangan pembaca ini, di Angels & Demons, ada Gereja Vatican dan Illuminati. Di The Da Vinci Code, ada Opus Dei dan Priory of Sion, juga sejarah Kristiani secara keseluruhan.
Kelebihan lain Dan Brown dalam menulis petualangan Profesor Langdon adalah ia selalu berhasil memikat pembaca untuk mengarahkan perhatian kepada warisan-warisan seni agung dunia. Dunia seni rupa pantas jika dibilang berutang budi kepada The Da Vinci Code—terlepas dari kontroversi yang dipicunya.
Berkat The Da Vinci Code, orang-orang awam yang bukan peminat seni rupa beramai-ramai mengamati lekat-lekat lukisan Mona Lisa dan The Last Supper. Dan dalam The Lost Symbol, Dan Brown mengajak kita menemukan lambang-lambang Mason yang bertebaran di Gedung Capitol, Monumen Washington, dan bangunan-bangunan bersejarah AS lainnya.
Setelah membaca novel ini, dijamin pandangan Anda terhadap Gedung Capitol akan berubah, setiap kali Anda melihatnya di berita atau film.
Terlepas bahwa sebagian besar tempat dan fakta sejarah yang disampaikan dalam The Lost Symbol terbilang akurat, novel thriller ini adalah sebuah rekaan imajinasi yang lahir dari kegeniusan penulisnya. Karya fiksi populer yang ditulis untuk tujuan menghibur, sama seperti novel Dan Brown yang lain.
0 Comments